jump to navigation

AIR Susu Ibu (ASI) dan Keselamatan Bayi April 23, 2008

Posted by drandalas in Pasca Kehamilan.
trackback

Dalam hal reproduksi ISLAM menganjurkan pasca melahirkan,seorang ibu tetap memberikan ASI sampai usia anak 2 tahun, ternyata sangat banyak anak-anak bangsa terselamatkan, dan sangat jarang kita mendengar kasus diare yang terjadi akibat pemberian ASI. Tidak demikian dengan situasi sekarang banyak kita melihat kasus bayi dalam bulan pertama lahir telah mengalami alergi, yang disinyalir akibat ibu tidak memberian ASI saja untuk makanan anaknya dengan berbagai alasan seperti akan membuat anak kurang gizi, anak tidak pinter, yang kesemua alasan tersebut tidak benar. Dari hasil beberapa penelitian dikatakan, pemberian ASI pada bayi yang diawali dengan inisiasi menyusu dini dalam jam pertama pasca lahir mencegah kematian 22 persen kematian neonatal.
“Dalai lama dan Howard C Cutler, dalam buku The Art of happiness, 1999, mengatakan, dimulai saat lahir, tindakan pertama yang kita lakukan setelah lahir adalah mengisap air susu ibu kita, ini adalah kegiatan ikatan kasih sayang kehangatan, rasa iba, tanpa kegiatan ini kita tidak akan hidup, ini begitu jelas, ini jalan hidup, ini kenyataan”. Lantas kenapa budaya memberikan Air susu Ibu yang jelas-jelas sangat banyak manfaat malah ditinggalkan pada era global ini, dan menganti makanan yang telah dianugerahkan sang pencipta yang sangat istimewa dalam hal kandungan zat(makanan dan zat kebal tubuh) dengan Air susu produksi ibu lembu yang sangat jelas berbeda kandungan Air susunya, baik dalam hal gizi maupun dalam hal kekebalan tubuh.
Jam-jam pertama pasca lahir merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya, si ibu mengalami perubahan dalam hormonal maupun fisiknya, akibat kelahiran bayi beserta plasentanya..Pada kelompok ibu yang melahirkan bayi yang sehat sebaiknya para penolong persalinan baik itu dokter, paramedis segera mulai menyusu dini yang sangat banyak manfaatnya.
Salah satu manfaat menyusui dini adalah membuat adanya kontak dini si anak dengan ibunya, akibat kontak dini mulut bayi dengan puting susu akan merangsang hipofise bagian belakang anak mengeluarkan zat oksitosin yang sangat berperan untuk kontraksi rahim. Kontraksi rahim tersebut dibutuhkan untuk mencegah perdarahan ibu pasca melahirkan. Perlu diingat perdarahan pasca salin merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu tinggi di Indonesia, malah kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi di Asia Tenggara. Selain itu dengan inisiasi menyusu dini terjadi kontak kulit awal sang ibu dengan bayi yang akan menambah kehangatan sang bayi, sehingga berperan mencegah sang bayi menjadi dingin(hipotermi). Bila kita telah mengetahui begitu banyak manfaat ASI dengan berbagai pembuktian ilmiah, semuanya menerangkan tentang keunggulan penggunaan ASI bagi bayi maupun ibunya, lantas masihkah kita ragu atau menunda memberikan ASI saja bagi bayi dalam 6 bulan pertama? Atau inginkah kita tetap menunda memberi kehangatan dan kontak awal dengan sang bayi? Atau apakah kita tetap ingin memberikan peluang sentuhan kehangatan susu lembu pada anak kita sedini mungkin dengan menunda pemberian ASI. Tidakkah kita takut kemungkinan sifat-sifat lembu akan diturunkan kelak ke anak?.
Mari kita cermati laporan dari kelompok pengguna ASI di Sebuah Desa Di Ghana, menurut laporan penelitian tersebut, bila ASI diberikan sejak 1 jam pertama pasca lahir, bayi tersebut cenderung bertahan hidup dalam periode neonatal (satu bulan) sedangkan bayi yang tidak mendapat ASI sejak awal 2,5 kali berpeluang meninggal, dan penelitian tersebut juga mencatat tentang bayi yang mendapat makanan tambahan dalam satu bulan pertama, dilaporkan bahwa kelompok bayi yang mendapat makanan tambahan, 4 kali berpeluang meninggal dibandingkan kelompok bayi yang segera mendapat ASI. Secara Umumnya kita tahu bahwa Susu lembu selain harga mahal juga mengandung kadar zat/vitamin yang berbeda dari Air Susu Ibu, kenapa kita tetap memberikan peluang bagi anak kita terkena infeksi, gizi kurang dan kurangnya sentuhan kehangatan dari ibu melalui kontak pertama melalui kulit ibu?. Apa yang menjadi alasan kita percaya begitu saja janji-janji iklan yang begitu gencar untuk menggunakan susu lembu dalam hal tumbuh kembang anak? Atau akibat takutnya para ibu terhadap bentuk tubuh tetap menjadi gemuk bila menyusui sang bayi secara ekslusif?
Bila Kita tahu manfaat yang sangat baik dari pemberian ASI segera mungkin sangat bermanfaat, maka sudah waktunya kita para bapak, keluarga, tokoh masyarakat mendorong perilaku inisiasi pemberian ASI demi menurunkan morbiditas dan mortalitas bagi sang bayi serta ibu.
Kita tahu manfaat ASI dalam 1-5 hari pertama bagi bayi, karena antara hari pertama sampai hari kelima peluang bayi mendapatkan kolostrum, sehingga ada ungkapan kandungan kolostrum tersebut sebagai cairan berstandar emas atau karunia untuk hidup. Kolostrum tersebut kaya akan sel aktif kekebalan dan protein pertahanan tubuh lainnya, kolostrum juga mengandung enzym yang membantu kematangan proses pencernaan seorang bayi, sehingga risiko alergi usus terhadap makanan berkurang, kolostrum juga mengandung vitamin A yang melindungi mata dan melindungi infeksi, kolostrum juga berperan melancarkan gerakan usus bayi sehingga mekoneum (isi usus sejak dalam kandungan) cepat keluar, membuat risiko bayi kuning (ikterus) berkurang.
Kalau kita tahu risiko bayi kuning yang diakibatkana kadar bilirubin sangat tinggi bila tidak teratasi bisa berakibat menyerang sel otak anak, kadar bilirubin tinggi berpotensi membuat anak kejang. Jadi sangat jelas manfaat yang kita dapatkan dari produk karunia tuhan(ASI) tersebut, dan tentunya dengan pemberian ASI ekslusif kita bisa menghemat dana pembelian susu. Mari kita coba hitung perkiraan biaya untuk pembelian susu lembu, andaikan seorang bayi membutuhkan 2 sampai 5 kaleng setiap bulan, bila perkaleng berkisar Rp. 40.000 sampai 60.000, maka kita telah dapat mengamankan dana selama 6 bulan untuk sang bayi sebanyak 2 sampai 3 juta. Data statistik menunjukkan sekitar 40 persen kematian bayi terjadi dalam bulan pertama kehidupan, dan umumnya penyebab kematian tersebut akibat infeksi saluran nafas atas(ISPA), dan Diare. Setiap bayi yang mendapatkan inisiasi Air susu Ibu tentunya akan terproteksi dari penyakit diare dan infeksi saluran nafas.
Beberapa pendapat yang keliru yang masih berkembang di masyarakat tentang ASI perlu diluruskan seperti kolostrum berbahaya pada bayi, dibutuhkan adanya cairan lain sebelum bayi menyususi, bayi akan kekurangan gizi bila hanya diberikan ASI, bayi akan kedinginan bila dilakukan kontak langsung dalam 1 jam pertama dengan ibu, Adalah keliru dan tidak beralasan. Sebuah penelitian kohort selama 5 tahun bagi bayi yang mendapatkan ASI saja selama 6 bulan di Australia didapatkan nilai skor tingkat kecerdasan 8,2 point lebih tinggi untuk anak perempuan dan 5,8 point untuk anak laki bila dibandingkan dengan kelompok anak tidak mendapatkan ASI.
Menjadi tugas kita semua para tokoh masyarakat, keluarga, pemerintah, kalangan profesi baik dokter, dan paramedis untuk mengsyiarkan pengunaan ASI secara dini demi menyelamatkan kehidupan bayi, dengan membatasi ruang iklan yang menyesatkan masyarakat, melakukan advokasi keunggulan ASI melalui penyuluhan yang baik dan penyediaan sarana kesehatan yang menunjang para ibu memberikan ASI .Dukungan para Lembaga swadaya masyarakat baik lokal maupun asing sangat dibutuhkan seperti baru-baru ini dilakukan oleh HSP-USAID dalam mengadvokasi pentingnya menyusu dini untuk para mahasiswa kedokteran. Sampai saat ini harus diakui keberpihakan kita masih kurang dalam mendorong seorang ibu siap memberikan ASI, setiap waktu saat bayi membutuhkan. Kita ambil contoh di supermaket, bandara, sarana ibadah dan banyak fasilitas umum lainnya masih belum mendukung sang ibu leluasa memberikan ASI bagi sang bayi dengan nyaman.

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment